1

Jalan-jalan tak berjarak

“Jalan-jalan tak berjarak”, begitulah saya menyebutnya.

Tentu kita pernah merasakan mengitari jalan, jauh.. Seakan-akan telah menembus dunia lain yang berbeda dari garis awal tadi. Tapi ternyata langkah kita berakhir pada garis yang jaraknya bersebelahan dari garis awal tadi. Ya, Tuhan yang Maha indah itu selalu punya cara yang indah menunjukkan karunia-Nya. Kadang kala rezeki itu dibiarkan berputar-putar di sekeliling kita, tanpa kita sadari ia berpindah dari tangan satu ke tangan lain yang sungguh sangat dekat dengan kita. Hingga pada akhirnya ia berhenti tepat di tangan mu. Terkadang kita pun tak pernah menyangkah bahwa pilihan-pilihan hidup yang kita jalani ternyata mengantarkan kita hanya pada titik yang sebenarnya tak jauh dari tempat kita berdiri. Ajaib bukan?

Coba pikirkan satu hal indah dalam hidupmu saat ini. Tarik mundur pada hal yang kau rasa menjadi penyebab awal hal indah itu. Lihat ada berapa pilihan yang berdiri disampingnya, kemungkinan-kemungkinan lain yang pasti akan berpengaruh pada hidup mu saat ini ketika kau menjatuhkan pilihan pada pilihan lain itu. Pernahkah kau berpikir, bahwa perbedaan satu derajat kemungkinan dari pilihan mu dulu mampu melemparkan mu pada jarak yang begitu jauh dari tempat mu berdiri saat ini? Padahal di garis awal ia hanya berbeda satu derajat saja.

Ada yang bilang jodoh, rezeki, dan kematian ada di tangan Tuhan. Eh, jodoh itu bukan rezeki ya? Lalu, apakah selain tiga hal tersebut tidak berada di tangan Tuhan? Ah, saya tak paham mengapa orang mengatakan demikian. Tapi saya berusaha menebak-nebak. Terkait rezeki dan jodoh mungkin ini maksud pepatah yang mengatakan “asam di gunung, garam di lautan, bertemu dalam satu belanga”. Mungkin maksudnya bagaimana pun jauh dan berbedanya dua hal itu, jika dia berjodoh pasti akan ketemu jua. Hahahaaa, namanya saja berjodoh, ya niscaya bertemu. Hanya saja kadang-kadang ungkapan-ungkapan tersebut menafikkan kemampuan ikhtiar kita. Bukankah semua hal yang terjadi pasti karena adanya pilihan? Sekecil apapun itu, bahkan kata wajib pun mengandung pilihan. Beda halnya dengan kematian, ia memang niscaya. Tapi setiap orang berhak memilih cara matinya (menjemput kematiannya). Indah bukan?

010911. 11:07 Wita