4

Jangan Blogging!

Masih ingat kisruh tentang blogger oleh pentolan Dewa? Yang katanya orang yang suka internet dan bikin blog (blogger) adalah kerjaan orang bodoh dan pengecut. Ini katanya (kata orang ini kata Pentolan Dewa), soalnya saya tidak mendengar langsung statement tersebut. Sekali lagi katanya… (heheheee, takut amat sih). Whatever, ini bukan masalah buat saya 🙂
 
Aktivitas blogging jelas bukan aktivitas kurang kerjaan, kenapa? Ya jelas, blogging itu kan aktivitas? aktivitas ya kerjaan, betul toh? 🙂 Blogging justru aktivitas yang kreatif menurut saya, cukup memotivasi. Efek positif pertama menurut saya adalah mendistribusikan isi kepala, tidak semua orang mampu menjinakkan isi kepalanya dan menuangkannya dalam barisan kata yang bermakna. Blog bisa jadi alternatif nge-net yang bermanfaat, dari pada plototin facebook (alias tunggu notif berdenging), kanan kiri tidak jelas ngintip wall orang, chatting ngawur, dan lain sebagainya. Efek positif kedua yang tidak kalah pentingnya adalah berbagi pengetahuan. Kita mampu mentransfer pikiran (pengetahuan) kita ke orang lain tanpa menyuapi (baca: mendikte). Sekalipun tulisan itu berupa pengalaman hidup sehari-hari. Lah, pengalaman juga pengetahuan kan? Bahkan pengalaman adalah guru terbaik. Juga menunjukkan kalau kita terbuka pada kritikan atau pendapat para pembaca yang menikmati tulisan kita.
Dari hasil blogwalking, saya melihat dan berpendapat bahwa aktivitas blogging membuat orang menjadi dirinya sendiri. Blog bahkan sudah seperti kamar pribadi (meski tidak menjadi privasi lagi). Cuap-cuap, curcol, dan lain sebagainya dituangkan dalam blog, bahkan para blogger tidak segan-segan mengekspresikan tangis sedihnya lewat tulisan. Bagi saya blog ini lebih dari sekedar kamar pribadi, ataupun rumah tempat kita selalu pulang. Saya boleh berteriak keras di blog ini, atau menangis tersedu-sedu tanpa harus menggangu dan menzalimi ketenangan orang lain (meski saya tidak melakukan semua itu di sini). Saya pikir orang yang sedang jatuh cinta dan tidak memiliki keberanian untuk mengungkapkannya secara langsung harus belajar menulis untuk menuangkan perasaannya. Setidaknya ini akan membuat dia mengurangi beban atas ketidakberaniannya (hahay).
Oya, dengan menulis itu berarti kita sedang menulis sejarah tentang diri kita. Sebab sejarah hanya akan hidup dengan tulisan. So, keep writing …
19 Mei 2011. 13.22 Wita
0

My Prophet Muhammad SAW

Subhanallah, cinta macam apa ini Tuhan, yang kuncupnya merekah tiada hentinya (?)
Jika hanya dengan membayangkan raut wajahnya saja mampu membuatku menangis, bagaimana jika aku bertemu dengannya?

Ali bin Abi Thalib, ia berkata, “Rasulullah memiliki jari jemari tangan dan kaki yang tebal dan lentik memanjang.” (HR. Ahmad, Al-Mizzi dalam Tandzib Al-Kamal, dan Ibnu Sa’ad)

Anas bin Malik meriwayatkan: “Rasulullah saw. bertubuh sedang, bercorak kulit cerah, tidak putih sekali namun tidak pula hitam benar. Rambut beliau dapat dikatakan lurus dan agak berombak. Allah Ta’ala mengangkat beliau sebagai Nabi ketika berusia empat puluh tahun. Sesudah itu beliau sempat tinggal di Mekah selama tiga belas tahun. Lalu di Madinah selama sepuluh tahun. Allah memanggil beliau ke hadirat-Nya pada umur enam puluh tiga tahun. Saat itu baru sedikit saja uban yang tumbuh di rambut dan janggut beliau.” (Diriwayatkan oleh Anas bin Malik)
Anas bin Malik meriwayatkan: “Rasulullah (saw) tingginya sedang; tidak tinggi benar maupun pendek; beliau tegap. Rambut beliau tidak keriting namun tidak pula lurus sama sekali. Warna kulit beliau sedang, tapi cerah. beliau berjalan dengan gesit. Melangkah dengan tubuh sedikit condong ke depan.” (Diriwayatkan oleh Anas bin Malik).
Bara’a bin Aazib (ra) meriwayatkan: “Rasulullah (saw) tingginya sedang, dengan tulang belikat (pundak) yang bidang. Rambut beliau cukup tebal, panjangnya sampai batas telinga. Saya belum pernah melihat sesuatu yang lebih menarik dari beliau. (Hadits Bara’a bin Aazib)
Ali bin Abi Thalib (ra) juga meriwayatkan: Rambut Rasulullah lurus dan sedikit berombak. Beliau tidak berperawakan gemuk dan tidak pula tampak terlalu berat, beliau berperawakan baik dan tegak. Warna kulit beliau cerah, mata beliau hitam dengan bulu mata yang panjang. Sendi-sendi tulang beliau kuat dan dada beliau cukup kekar, demikian pula tangan dan kaki beliau. Badan beliau tidak berbulu tebal, tapi hanya bulu-bulu tipis dari dada ke bawah sampai di pusar beliau. Jika beliau sedang berhadapan dengan seseorang, maka beliau akan mengarahkan wajah beliau ke orang tersebut (penuh perhatian). Diantara tulang belikat beliau “tanda” kenabian beliau. Beliau adalah orang yang paling baik hati, orang yang paling jujur, orang yang paling dirindukan dan sebaik-baik keturunan. Siapa saja yang mendekati beliau akan langsung merasa hormat dan khidmat. Dan siapa yang bergaul dengan beliau akan langsung menghargai dan mencintainya. Saya belum pernah melihat orang lain seperti beliau. (Riwayat dari Ali bin Abi Thalib).
Rasulullah (saw) memiliki mulut yang agak lebar, di mata beliau terlihat juga garis-garis merahnya. Dan tumit beliau langsing. Saya berkesempatan melihat Rasulullah (saw) di bawah sinar rembulan, san (saya) perhatikan pula rembulan tersebut, bagi saya beliau lebih indah dari rembulan tersebut.” (Diriwayatkan Jabir bin Samurah) 
18 Mei 2011 
0

Tuhan, aku jatuh cinta.

Tuhan, tolong jelaskan padaku.
Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada senyum yang tak nyata garisnya di pelupuk mataku (?)
Pada canda yang gurauannya tak menepi di telingaku (?)
Pada tutur yang santunnya tak pernah menggodaku (?)
Dia tak ku kenali dengan mata ini,
tidak pula dengan telinga ini.
Tidak dengan raga ku.
Tuhan, tolong jelaskan padaku.
Bagaimana mungkin hatiku terpaut pada purnama di 14 abad yang lalu (?)
Yang detiknya pun tak se-zaman denganku.
Tuhan, aku sungguh jatuh cinta padanya.
*Tuhan, tolong sampaikan salamku padanya. Katakan, aku begitu merindukannya.
Selasa, 17 Mei 2011. 00:51 Wita
0

Asiyah, perempuan surga

Allah berfirman, Allah membuat istri Fir’aun sebagai contoh bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata, ” Tuhan, buatkan aku satu rumah di sisi-Mu dalam Firdaus. Selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zalim” (Al-Tahrim (66):11).

Tak banyak yang mengenal sosok Asiyah lebih rinci. Selain karena tidak banyak keterangan tentang sejarah hidupnya, masanya juga telah lama berlalu hingga para ahli sejarah banyak yang berbeda pendapat. Meski pun demikian, banyak ahli riwayat tempo dulu yang sama sekali tidak mengetahui sejarah Mesir Kono berkata bahwa wanita yang dimaksud adalah Asiyah bint Muzahim. Mereka berpegang pada sebuah hadis dan mengaitkan dengan seseorang dari kalangan mereka sendiri, yaitu Muzahim ibn Ubaid ibn Arroyan ibn al-Walid (Fathi Fawzi, Perempuan-Perempuan surga).

Asiyah, perempuan yang Allah angkat menjadi salah satu pemimpin perempuan di surga. Beliau adalah istri kedua Fir’aun Ramses, pemimpin zalim, bengis, dan sombong yang mengangkat dirinya sendiri sebagai Tuhan. Satu dari sedikit manusia yang namanya diukir indah dalam Al-Qur’an. Allah memberikan penghormatan padanya karena ketakwaan dan keshalehannya. Contoh bagi kaum perempuan yang tegak dalam keimanannya ditengah lingkungan yang dipenuhi dengan kemusyirikan. Teladan sebagai istri penyabar yang menjaga kehormatan keluarganya dan tidak mudah mengeluh. Meskipun hidup di istana dan berlimpah harta, Asiyah tidak takluk pada kemewahan duniawi yang dengan mudah dapat diperolehnya.

Asiyah adalah perempuan yang lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang. Ia dicintai oleh rakyatnya. Hal ini juga ia tunjukkan dengan berusaha memberi perlindungan kepada Musa dari suaminya Fir’aun yang selalu mencari kesempatan untuk menyingkirkan Musa. Dia mengangkat Musa sebagai anak dan ikut berperan dalam pertumbuhan Musa di tengah situasi dimana setiap anak laki-laki yang dilahirkan di masa itu dibunuh dan tidak diberi kesempatan hidup sejak ibunya melahirkannya. Hal ini berawal dari seorang peramal yang menemui Fir’aun dan mengatakan bahwa kelak dia dan kerajaannya akan dihancurkan oleh seorang anak laki-laki dari Bani israel. Menurut sang peramal, anak laki-laki tersebut masih bayi. Mendengar hal itu, Fir’aun memerintahkan bala tentaranya untuk mengawasi setiap bayi yang akan dilahirkan, jika ia laki-laki maka harus segera dibunuh. Namun Allah memiliki rencana lain, Ia telah menyusun skenario dengan menyelamatkan salah satu anak laki-laki dari bangsa ibrani, dialah Musa. Seorang bayi mungil yang ditemukan di dalam sebuah peti yang hanyut  di dekat pepohonan di pinggir sungai.

Kasih sayang Asiyah terhadap Musa sangatlah besar. Ia rela diperlakukan kejam oleh Fir’aun demi membela Musa. Bahkan setelah Fir’aun suaminya meninggal hingga pada saat Fir’aun Sette (cucu Fir’aun Ramses dan Asiyah) berkuasa mengetahui keimanan Asiyah, Asiyah rela menanggung semua penderitaannya dengan kesabaran dan keteguhan imannya terhadap Allah, Tuhan Ibrahim dan Yusuf.

Hingga akhir hayatnya, Asiyah meninggal dengan cara yang kejam. Fir’aun Sette membujuknya untuk kembali mengimani ketuhannanya, tapi Asiyah malah bergeming seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya. Selamatkanlah aku dari kaum yang zalim (Al-Tahrim (66):11). Sedang Fir’aun dengan bengisnya menyiksa Asiyah hingga akhirnya wafat.

Semoga keteladanannya senantiasa menjadi contoh untuk kita. Salam untukmu Bunda Asiyah 🙂

16 Mei 2011

0

Selamat HARDIKNAS (?)

*Simpang Empat Fly Over

Tubuh kecil berkulit hitam dengan wajah tampak tua (dari umur). Jangan tanyakan berapa umurnya, sebab pikirannya jauh lebih tua. Tua karena seharusnya anak seusianya tidak berpikir “makan apa hari ini?” tapi “main apa kita nanti?”
Aaah… “Sudahlah, pikir saja cara menghabiskan koran-koran hari ini” Harusnya keringat karena terik matahari mereka usap dengan senyum puas, “waktu bermain telah usai” . Bukan dengan kerutan wajah yang menyimpan pesan, “hidup harus berlanjut esok”.

*Simpang Empat Lampu Merah Ratulangi (Taman Segi Tiga)

Hampir disetiap penghujung senja Dia berdiri, tepat di samping trotoar. Seorang Kakek penjual koran. Menjajakan korannya dengan langkah kecil, kakinya tidak lagi mampu menopang tubuh tuanya. Sesekali menghampiri mobil-mobil mengkilat yang orangnya sama bungkamnya dengan benda yang dikendarainya. Padanya jangan ucapkan “Selamat Hardiknas”.

*RS **

Anak perempuan berumur 10 tahun, duduk dibangku kelas 1 SD. Arina, pasien colostomi. Berbulan-bulan rela meninggalkan sekolahnya, teman-teman sepermainan, bahkan ibu–satu-satunya orang tuanya–. Bertahan dengan rasa sakit saat harus mengontrol kesehatannya. Yang pada akhirnya harus memendam kecewa (untuk kesekian kalinya). Dia pernah bilang bercita-cita menjadi dokter (seperti dokter-dokter muda dihadapannya waktu itu). Dek, semoga kau tak berpikir seperti apa yang kupikir, “dokternya bodoh!”.

Pada mereka, jangan ucapkan “Selamat HARDIKNAS”, karena pendidikan bukan lagi milik kita, tapi milik mereka.
Makassar, 2 Mei 2011
15.27 Wita