Monthly Archives: May 2011
My Prophet Muhammad SAW
Subhanallah, cinta macam apa ini Tuhan, yang kuncupnya merekah tiada hentinya (?)
Jika hanya dengan membayangkan raut wajahnya saja mampu membuatku menangis, bagaimana jika aku bertemu dengannya?
Tuhan, aku jatuh cinta.
Asiyah, perempuan surga
Allah berfirman, Allah membuat istri Fir’aun sebagai contoh bagi orang-orang yang beriman ketika ia berkata, ” Tuhan, buatkan aku satu rumah di sisi-Mu dalam Firdaus. Selamatkan aku dari Fir’aun dan perbuatannya, dan selamatkan aku dari kaum yang zalim” (Al-Tahrim (66):11).
Tak banyak yang mengenal sosok Asiyah lebih rinci. Selain karena tidak banyak keterangan tentang sejarah hidupnya, masanya juga telah lama berlalu hingga para ahli sejarah banyak yang berbeda pendapat. Meski pun demikian, banyak ahli riwayat tempo dulu yang sama sekali tidak mengetahui sejarah Mesir Kono berkata bahwa wanita yang dimaksud adalah Asiyah bint Muzahim. Mereka berpegang pada sebuah hadis dan mengaitkan dengan seseorang dari kalangan mereka sendiri, yaitu Muzahim ibn Ubaid ibn Arroyan ibn al-Walid (Fathi Fawzi, Perempuan-Perempuan surga).
Asiyah, perempuan yang Allah angkat menjadi salah satu pemimpin perempuan di surga. Beliau adalah istri kedua Fir’aun Ramses, pemimpin zalim, bengis, dan sombong yang mengangkat dirinya sendiri sebagai Tuhan. Satu dari sedikit manusia yang namanya diukir indah dalam Al-Qur’an. Allah memberikan penghormatan padanya karena ketakwaan dan keshalehannya. Contoh bagi kaum perempuan yang tegak dalam keimanannya ditengah lingkungan yang dipenuhi dengan kemusyirikan. Teladan sebagai istri penyabar yang menjaga kehormatan keluarganya dan tidak mudah mengeluh. Meskipun hidup di istana dan berlimpah harta, Asiyah tidak takluk pada kemewahan duniawi yang dengan mudah dapat diperolehnya.
Asiyah adalah perempuan yang lemah lembut dan penuh dengan kasih sayang. Ia dicintai oleh rakyatnya. Hal ini juga ia tunjukkan dengan berusaha memberi perlindungan kepada Musa dari suaminya Fir’aun yang selalu mencari kesempatan untuk menyingkirkan Musa. Dia mengangkat Musa sebagai anak dan ikut berperan dalam pertumbuhan Musa di tengah situasi dimana setiap anak laki-laki yang dilahirkan di masa itu dibunuh dan tidak diberi kesempatan hidup sejak ibunya melahirkannya. Hal ini berawal dari seorang peramal yang menemui Fir’aun dan mengatakan bahwa kelak dia dan kerajaannya akan dihancurkan oleh seorang anak laki-laki dari Bani israel. Menurut sang peramal, anak laki-laki tersebut masih bayi. Mendengar hal itu, Fir’aun memerintahkan bala tentaranya untuk mengawasi setiap bayi yang akan dilahirkan, jika ia laki-laki maka harus segera dibunuh. Namun Allah memiliki rencana lain, Ia telah menyusun skenario dengan menyelamatkan salah satu anak laki-laki dari bangsa ibrani, dialah Musa. Seorang bayi mungil yang ditemukan di dalam sebuah peti yang hanyut di dekat pepohonan di pinggir sungai.
Kasih sayang Asiyah terhadap Musa sangatlah besar. Ia rela diperlakukan kejam oleh Fir’aun demi membela Musa. Bahkan setelah Fir’aun suaminya meninggal hingga pada saat Fir’aun Sette (cucu Fir’aun Ramses dan Asiyah) berkuasa mengetahui keimanan Asiyah, Asiyah rela menanggung semua penderitaannya dengan kesabaran dan keteguhan imannya terhadap Allah, Tuhan Ibrahim dan Yusuf.
Hingga akhir hayatnya, Asiyah meninggal dengan cara yang kejam. Fir’aun Sette membujuknya untuk kembali mengimani ketuhannanya, tapi Asiyah malah bergeming seraya berdoa, “Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya. Selamatkanlah aku dari kaum yang zalim (Al-Tahrim (66):11). Sedang Fir’aun dengan bengisnya menyiksa Asiyah hingga akhirnya wafat.
Semoga keteladanannya senantiasa menjadi contoh untuk kita. Salam untukmu Bunda Asiyah 🙂
16 Mei 2011
…
Akan kusimpan kerinduan ini, berharap bersua padamu, Muhammad ku…
03 Mei 2011
Selamat HARDIKNAS (?)
Tubuh kecil berkulit hitam dengan wajah tampak tua (dari umur). Jangan tanyakan berapa umurnya, sebab pikirannya jauh lebih tua. Tua karena seharusnya anak seusianya tidak berpikir “makan apa hari ini?” tapi “main apa kita nanti?”
Aaah… “Sudahlah, pikir saja cara menghabiskan koran-koran hari ini” Harusnya keringat karena terik matahari mereka usap dengan senyum puas, “waktu bermain telah usai” . Bukan dengan kerutan wajah yang menyimpan pesan, “hidup harus berlanjut esok”.
*Simpang Empat Lampu Merah Ratulangi (Taman Segi Tiga)
Hampir disetiap penghujung senja Dia berdiri, tepat di samping trotoar. Seorang Kakek penjual koran. Menjajakan korannya dengan langkah kecil, kakinya tidak lagi mampu menopang tubuh tuanya. Sesekali menghampiri mobil-mobil mengkilat yang orangnya sama bungkamnya dengan benda yang dikendarainya. Padanya jangan ucapkan “Selamat Hardiknas”.
*RS **
Anak perempuan berumur 10 tahun, duduk dibangku kelas 1 SD. Arina, pasien colostomi. Berbulan-bulan rela meninggalkan sekolahnya, teman-teman sepermainan, bahkan ibu–satu-satunya orang tuanya–. Bertahan dengan rasa sakit saat harus mengontrol kesehatannya. Yang pada akhirnya harus memendam kecewa (untuk kesekian kalinya). Dia pernah bilang bercita-cita menjadi dokter (seperti dokter-dokter muda dihadapannya waktu itu). Dek, semoga kau tak berpikir seperti apa yang kupikir, “dokternya bodoh!”.
Pada mereka, jangan ucapkan “Selamat HARDIKNAS”, karena pendidikan bukan lagi milik kita, tapi milik mereka.
Makassar, 2 Mei 2011
15.27 Wita