0

K I T A

Kita tak punya cerita yang panjang untuk sampai pada tanggal 26 bulan depan. Seperti cerita mereka yang berpacaran bulanan bahkan tahunan dengan dalih penjajakan sebelum menikah. Kita juga tak punya cerita tentang siapa yang lebih dulu menyatakan cintanya. Kita hanya punya cerita selama 81 hari hingga hari ini.
Masih kental dalam ingatan tentang tanggal 3 September saat kau datang bertandan menyampaikan hajatmu menjadikanku bagian dari keluargamu. 
Sama sepertimu, itu kali pertama kita saling curi pandang. Berusaha memperhatikan dengan lekat satu sama lain. Kita sama-sama tak punya gambaran jelas secara fisik. Tak tahu banyak satu sama lain.
Tapi, kita punya banyak cerita mengapa kita tak butuh banyak alasan untuk semua itu.
Senin, 11 Oktober 2011. 09:32 Wita.
0

Antara Aku dan Dirinya

Tentu aku tak sedang membandingkan diri dengannya. Ataukah sedang berusaha memaksamu untuk memilih, antara aku dan dirinya.

Jauh sebelumnya kau telah mengenalnya. Kau bahkan memberi banyak ruang untuknya. Membiarkannya mengisi waktu senggang, juga waktu sibukmu. Dia bagai obat mujarab yang merespon penatmu dalam hitungan detik dan memberimu sensasi tenang. Seumpama hujan, dia memadamkan api yang berkobar-kobar di hati. Dia seperti wahyu yang turun dari langit sebagai petunjuk untuk menyelesaikan masalahmu. Pilihan hampir tak pernah kau suguhkan untuknya.

Kau bisa memilihnya sekaligus buku-bukumu. Memilihnya sekaligus secangkir tehmu. memilihnya sekaligus tugas-tugas kantormu. Dimanapun, kapanpun dia selalu mampu hadir menemanimu. Dia bahkan punya kekuasaan untuk tetap hadir saat kita bersama.

Tapi, tahukah kau? Dia mampu memangkas waktumu yang terjauh disaat yang sama ketika kau menikmatinya. Dia mampu memangkas waktu terjauh yang kita bangun bersama. Lalu?

Ini bukan pilihan yang harus kau pilih, antara aku dan dirinya. Ini bukan tentang penyakit iri ataupun cemburu karena kecintaanku padamu. Sebab aku tak serupa dengannya. Sampai kapanpun, dia tak akan pernah layak menjadi rivalku kendatipun kedekatannya lebih dulu denganmu. Dia adalah racun berwajah madu, yang nikmatnya menggrogoti paru-parumu. Dia yang selalu kau sebut dengan nama Rokok.

Jumat, 28 Oktober 2011. 22:14 WITA

0

R-U-M-A-H

Dua purnama sudah…
Kau menghirup roma segar tamannya.
Duduk, berlari, menjejaki sebidang tanah yang terhampar.
Perlahan tamannya merona, bugenvile tak lagi hanya putih.

Satu purnama lagi..
Rumah taman itu akan kau masuki.
Bukan tentang kasur yang merebahkan tubuhmu saat senja menepi.
Bukan tentang kursi yang membelai punggung saat keringatmu mengering.

Tapi tentang atap serupa sayap yang mengayomi.
Tentang dinding serupa benteng yang melindungi.

13 Oktober 2011. 11:22 Wita