Petang itu dia melintas lagi. Pada jam yang sama. Dengan jinjingan yang sama pula. Sebuah white board kecil. Jilbab menjuntai panjang menutupi kepala hingga perutnya. Sunggingan senyumnya sungguh sangat manis. Kukira senyum itu ia pungut di tempat-tempat terindah.
Tak ada yang istimewa di gang itu. Sama seperti gang-gang kelinci lainnya. Paritnya yang sempit menolak datangnya hujan. Karena hujan tak punya tempat di sana. Anak-anak yang bermain seringkali berebut jalan dengan pengendara roda dua. Maklum, tanah di sana tak cukup luas untuk mereka tempati bermain. Suara riuh gang kelinci hampir tak pernah redah, kecuali pada malam hari. Gang kelinci adalah potret ironis di tengah gemerlapnya kota metropolitan yang sesak oleh bangunan-bangunan tinggi yang merusak pemandangan sebagian kecil orang. Ya, sebagian kecil. Karena hanya sebagian kecil yang sadar akan hal itu.
Memang tak ada yang istimewa di tempat sesempit itu, kecuali pada waktu yang khusus. Sabtu-minggu pukul 4 sore. Ada ibu guru cantik pada jam itu. “Ibu guru cantik”, begitulah anak-anak menyebutnya. Mereka merasa tak perlu mengingat nama ibu guru itu. Wajah cantiknya cukup mewakili keseluruhan dirinya. Mereka seperti melihat bidadari yang Tuhan turunkan dari langit. Mungkin ini seperti bidadari dalam iklan salah satu body parfum yang sesekali mereka tonton di warung-warung emperan saat istirahat. Namun, tentu saja Bu Guru cantik tidak turun karena alasan yang sama dengan iklan kapitalis itu. Berbekal papan tulis kecil, ia menghipnotis sekumpulan anak-anak. Membuat mata-mata mereka bagaikan busur panah yang menancap tepat di papan tulisnya. Anak-anak hebat yang menghabiskan hampir seluruh waktunya di jalanan.
“Bu Guru, Bu Guru…” Teriakan anak-anak saling memburu. Antusiame mereka menjadi semangat yang paling berharga untuk Bu Guru cantik agar tetap bertahan di gang kelinci yang sesak dan bau itu. Meski hanya diberi waktu satu setengah jam disetiap pertemuannya. Apalagi tanpa bayaran sepeser pun.
Hampir setiap sore. Di tempat yang sama aku menunggu Ibu Guru cantik melintas. Ibu Guru cantik yang senyumnya menawam. Ibu Guru cantik yang jilbabnya menjuntai panjang dengan white board kecil di tangannya.
19 Februari 2012. Pkl 00.05 Wita