Selamat HARDIKNAS (?)

*Simpang Empat Fly Over

Tubuh kecil berkulit hitam dengan wajah tampak tua (dari umur). Jangan tanyakan berapa umurnya, sebab pikirannya jauh lebih tua. Tua karena seharusnya anak seusianya tidak berpikir “makan apa hari ini?” tapi “main apa kita nanti?”
Aaah… “Sudahlah, pikir saja cara menghabiskan koran-koran hari ini” Harusnya keringat karena terik matahari mereka usap dengan senyum puas, “waktu bermain telah usai” . Bukan dengan kerutan wajah yang menyimpan pesan, “hidup harus berlanjut esok”.

*Simpang Empat Lampu Merah Ratulangi (Taman Segi Tiga)

Hampir disetiap penghujung senja Dia berdiri, tepat di samping trotoar. Seorang Kakek penjual koran. Menjajakan korannya dengan langkah kecil, kakinya tidak lagi mampu menopang tubuh tuanya. Sesekali menghampiri mobil-mobil mengkilat yang orangnya sama bungkamnya dengan benda yang dikendarainya. Padanya jangan ucapkan “Selamat Hardiknas”.

*RS **

Anak perempuan berumur 10 tahun, duduk dibangku kelas 1 SD. Arina, pasien colostomi. Berbulan-bulan rela meninggalkan sekolahnya, teman-teman sepermainan, bahkan ibu–satu-satunya orang tuanya–. Bertahan dengan rasa sakit saat harus mengontrol kesehatannya. Yang pada akhirnya harus memendam kecewa (untuk kesekian kalinya). Dia pernah bilang bercita-cita menjadi dokter (seperti dokter-dokter muda dihadapannya waktu itu). Dek, semoga kau tak berpikir seperti apa yang kupikir, “dokternya bodoh!”.

Pada mereka, jangan ucapkan “Selamat HARDIKNAS”, karena pendidikan bukan lagi milik kita, tapi milik mereka.
Makassar, 2 Mei 2011
15.27 Wita

Leave a comment